Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja modern. Platform digital ini menawarkan banyak manfaat, namun juga menyimpan potensi bahaya yang dapat memengaruhi kesehatan mental dan perilaku mereka. Penting bagi orang tua, pendidik, dan remaja sendiri untuk memahami risiko ini dan mengambil langkah-langkah pencegahan.
Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga, Ayoe Sutomo, menyoroti dampak media sosial yang seringkali luput dari perhatian. Beliau menekankan perlunya kewaspadaan dan pemahaman yang komprehensif tentang bagaimana platform digital ini dapat memengaruhi perkembangan remaja.
Dampak Positif dan Negatif Media Sosial pada Remaja
Media sosial bisa menjadi alat pembelajaran dan berekspresi yang efektif. Remaja dapat mengakses informasi, bergabung dalam komunitas, dan bahkan berkontribusi pada gerakan sosial.
Namun, penggunaan yang berlebihan dapat memicu masalah. Stres, kecemasan, dan perasaan tidak berharga adalah beberapa dampak negatif yang umum terjadi.
Ayoe Sutomo, dalam wawancara pada Hari Media Sosial 10 Juni 2025, menjelaskan manfaat media sosial sebagai wadah berekspresi, belajar, dan mencari informasi baru. Keterlibatan dalam komunitas daring juga dapat memberikan dukungan sosial yang berharga.
FOMO: Rasa Takut Ketinggalan dan Perasaan Tidak Cukup
Salah satu dampak psikologis paling umum adalah FOMO (Fear of Missing Out). Remaja yang mengalami FOMO merasa cemas jika tidak mengikuti tren atau aktivitas sosial yang mereka lihat di media sosial.
Perbandingan diri dengan orang lain di media sosial seringkali menjadi pemicu utama FOMO. Remaja dapat merasa tidak cukup baik atau berharga jika tidak mencapai standar yang dilihatnya di platform digital.
Tekanan untuk selalu mengikuti aktivitas teman-teman di media sosial dapat mengarah pada perasaan rendah diri dan tidak aman. Hal ini dapat berdampak buruk pada kesejahteraan mental remaja.
Dampak Neurologis: Otak yang Belum Matang
Otak remaja masih dalam tahap perkembangan, terutama bagian prefrontal cortex yang mengatur pengambilan keputusan dan pertimbangan moral.
Overstimulasi akibat paparan berlebihan terhadap media sosial dapat mengganggu perkembangan prefrontal cortex. Otak belum memiliki kapasitas untuk memproses semua informasi dengan efektif.
Akibatnya, remaja mungkin mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan dan pengendalian impuls. Hal ini dapat memicu perilaku impulsif atau ekstrem yang dianggap tidak pantas oleh orang dewasa.
Konten Negatif dan Cyberbullying: Ancaman Serius Bagi Kesehatan Mental
Paparan terhadap konten negatif, ujaran kebencian, dan cyberbullying juga menimbulkan risiko besar bagi kesehatan mental remaja.
Meskipun terjadi di dunia maya, dampaknya nyata dan dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari remaja. Kecemasan, isolasi sosial, dan depresi adalah beberapa konsekuensinya.
Konten negatif dapat memicu berbagai masalah emosional pada remaja yang belum memiliki kemampuan untuk mengelola emosi dengan baik. Cyberbullying, khususnya, dapat berdampak sangat merusak.
Orang tua, guru, dan lingkungan sekitar memiliki peran penting dalam memberikan pendampingan dan edukasi digital kepada remaja. Literasi digital dan manajemen emosi yang baik sangat penting untuk meminimalisir dampak negatif media sosial.
Penggunaan media sosial yang seimbang dan bijak merupakan kunci. Pendampingan yang tepat akan membantu remaja memanfaatkan manfaat media sosial sambil melindungi diri dari potensi bahayanya. Keseimbangan dan pengawasan tetap menjadi kunci dalam menjaga kesehatan mental remaja di era digital.