Bahaya rokok bagi anak-anak bukanlah isapan jempol. Riset ilmiah terbaru menunjukkan paparan asap rokok, baik sebelum maupun setelah lahir, menyebabkan kerusakan serius jangka panjang pada organ vital, perkembangan otak, dan bahkan genetika.
Ironisnya, promosi rokok semakin agresif menyasar anak-anak dan remaja, sementara implementasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang Kesehatan masih tertunda.
Dampak Devastasi Rokok pada Anak: Dari Kandungan Hingga Remaja
Kajian di jurnal *Current Opinion in Pediatrics* menegaskan anak-anak adalah kelompok paling rentan terhadap bahaya rokok, baik konvensional maupun elektronik.
Nikotin dan ribuan bahan kimia berbahaya dalam rokok menembus plasenta, mengganggu perkembangan janin. Kelahiran prematur, berat badan rendah, dan gangguan perkembangan organ vital menjadi konsekuensinya.
Penelitian juga menemukan pemendekan telomer pada anak-anak yang terpapar asap rokok. Ini dikaitkan dengan penuaan dini dan peningkatan risiko penyakit kronis.
Bahaya tak berhenti setelah lahir. Hampir separuh pelajar AS terpapar asap rokok di berbagai tempat, memicu asma, infeksi pernapasan, dan risiko sindrom kematian bayi mendadak (SIDS).
Rokok elektrik atau vape, yang sering diklaim lebih aman, justru menjadi pintu masuk remaja ke rokok konvensional. Rasa buah dan permen menjadi jebakan pemasaran yang memikat.
Kasus keracunan nikotin pada balita pun meningkat drastis seiring popularitas vape, dengan anak-balita menjadi korban terbanyak.
Strategi Pemasaran Rokok yang Sangat Manipulatif
Ketua Lentera Anak, Lisda Sundari, mengungkapkan industri rokok telah membangun persepsi positif di mata anak muda lewat strategi manipulatif.
Mereka menambahkan rasa buah dan permen pada rokok, membuat kemasan mungil mirip makanan ringan, dan menggunakan influencer muda.
Survei Lentera Anak dan u-Report menemukan 46,5% anak muda tertarik pada rokok karena varian rasa, bukan harga atau merek.
Anak muda kini melihat rokok sebagai gaya hidup, bukan ancaman kesehatan. Ini merupakan keberhasilan strategi pemasaran yang sangat manipulatif.
Penundaan Implementasi PP Kesehatan Memperparah Situasi
Mouhamad Bigwanto dari Ruang Kebijakan Kesehatan Indonesia (RUKKI) menyatakan pemasaran rokok sangat bebas di media sosial dan marketplace karena PP Kesehatan belum diimplementasikan.
Rokok elektronik bahkan secara keliru mengklaim mengandung nutrisi, sebuah kebohongan yang dikemas dengan desain menarik.
Ketiadaan regulasi yang efektif dan penegakan hukum yang tegas membiarkan industri rokok terus beroperasi dengan leluasa.
Perlu upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak untuk melindungi anak-anak dari bahaya rokok dan dampak negatif dari strategi pemasaran yang manipulatif. Implementasi PP Kesehatan dan pengawasan yang ketat sangat krusial untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi generasi mendatang.