Kanker paru merupakan pembunuh utama di dunia, termasuk Indonesia. Banyak kasus baru terdiagnosis pada stadium lanjut, menyulitkan pengobatan dan menurunkan peluang kesembuhan.
Oleh karena itu, skrining dini sangat krusial. Hal ini terutama berlaku bagi perokok aktif, mantan perokok, dan mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker paru.
Pentingnya Skrining Dini Kanker Paru
AstraZeneca dan Indonesian Cancer Information and Support Center Association (CISC) gencar mengkampanyekan deteksi dini kanker paru. Mereka mengadakan sesi edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
Edukasi ini menekankan pentingnya skrining, termasuk penggunaan Low-Dose CT Scan (LDCT) dan tes biomarker untuk pengobatan yang lebih presisi.
Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia, Esra Erkomay, menekankan pentingnya informasi akurat dan mudah dipahami untuk pemberdayaan pasien.
AstraZeneca berkomitmen menghadirkan solusi inovatif berbasis riset dengan pasien sebagai prioritas utama. Kolaborasi dengan CISC bertujuan membangun ekosistem yang lebih responsif terhadap kebutuhan pasien kanker paru di Indonesia.
Ketua Umum CISC, Aryanthi Baramuli Putri, mengungkapkan sebagian besar kasus kanker paru terdiagnosis di stadium lanjut.
Pengobatan sejak dini secara signifikan meningkatkan harapan hidup. Skrining rutin, terutama bagi kelompok berisiko tinggi, sangat penting dan tidak boleh diabaikan.
Low-Dose CT Scan (LDCT): Metode Skrining Efektif
Kanker paru merupakan masalah kesehatan global yang serius. Data GLOBOCAN 2022 mencatat 2,4 juta kasus baru dan hampir 1,8 juta kematian akibat kanker paru di seluruh dunia.
Di Indonesia, kanker paru menjadi penyebab utama kematian akibat kanker, menyumbang 14,1% dari total kematian akibat kanker.
Dr. Jamal Zaini, spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Subspesialis Onkologi Toraks, menyebutkan beberapa faktor risiko kanker paru.
Faktor-faktor tersebut meliputi riwayat merokok, paparan zat karsinogenik, usia, dan riwayat keluarga dengan kanker. Skrining rutin sejak dini sangat dianjurkan bagi individu dengan faktor risiko ini.
Dr. Jamal Zaini merekomendasikan Low-Dose Computed Tomography (LDCT) sebagai metode skrining efektif. LDCT mampu mendeteksi kelainan paru dini dan berukuran sangat kecil, bahkan sebelum gejala muncul.
Studi National Lung Screening Trial (NLST) dan NELSON Trial menunjukkan LDCT efektif menurunkan angka kematian akibat kanker paru, hingga 20-33%.
Rekomendasi Skrining Berdasarkan Pedoman Kemenkes
Pedoman Kementerian Kesehatan RI merekomendasikan skrining LDCT setiap dua tahun. Hal ini berlaku bagi individu berusia 45 tahun ke atas dengan riwayat merokok berat.
Rekomendasi tersebut juga berlaku bagi mantan perokok dalam 10 tahun terakhir, perokok pasif, dan mereka yang terpapar karsinogenik. Individu dengan riwayat genetik kanker dalam keluarga disarankan untuk memulai skrining lebih awal, yaitu pada usia 40 tahun.
Deteksi dini kanker paru sangat penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan. Dengan memahami faktor risiko dan mengikuti rekomendasi skrining, kita dapat bersama-sama melawan kanker paru.
Semoga informasi ini bermanfaat dan mendorong Anda untuk lebih peduli terhadap kesehatan paru-paru. Lakukan konsultasi dengan dokter untuk mengetahui apakah Anda termasuk kelompok berisiko tinggi dan perlu menjalani skrining.