Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker paling mematikan di dunia. Di Indonesia, banyak kasus terdiagnosis pada stadium lanjut, menunjukkan pentingnya skrining dini.
Pentingnya Skrining Dini Kanker Paru
AstraZeneca dan Indonesian Cancer Information and Support Center Association (CISC) mengadakan edukasi mengenai skrining kanker paru. Tujuannya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dini.
Skrining dini, terutama bagi kelompok berisiko tinggi seperti perokok, sangat krusial. Deteksi dini secara signifikan meningkatkan peluang keberhasilan pengobatan.
Esra Erkomay, Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia, menekankan pentingnya informasi akurat untuk pemberdayaan pasien. Komitmen AstraZeneca terhadap solusi inovatif yang berpusat pada pasien sangat penting.
Aryanthi Baramuli Putri, Ketua Umum CISC, menambahkan bahwa kebanyakan kasus terdeteksi terlambat. Pengobatan dini sangat penting untuk meningkatkan harapan hidup penderita.
Metode Skrining dan Rekomendasi
Low-Dose Computed Tomography (LDCT) merupakan metode skrining yang direkomendasikan. LDCT mampu mendeteksi kelainan paru sejak dini, bahkan sebelum gejala muncul.
Studi NLST dan NELSON menunjukkan efektivitas LDCT dalam menurunkan angka kematian akibat kanker paru. Penurunan angka kematian mencapai 20% hingga 33% tergantung studi dan kelompok pasien.
Kementerian Kesehatan RI menganjurkan skrining LDCT setiap dua tahun untuk individu ≥45 tahun dengan riwayat merokok berat. Skrining juga disarankan lebih awal (usia 40 tahun) bagi mereka dengan riwayat genetik kanker paru dalam keluarga.
Selain LDCT, tes biomarker juga berperan penting dalam menentukan pengobatan yang tepat sasaran. Hal ini memastikan perawatan yang lebih efektif dan personal.
Faktor-faktor risiko kanker paru meliputi riwayat merokok, paparan zat karsinogenik, usia, dan riwayat keluarga. Dr. Jamal Zaini menyarankan skrining rutin bagi individu dengan faktor risiko ini.
Statistik Kanker Paru Global dan di Indonesia
GLOBOCAN 2022 memperkirakan 2,4 juta kasus baru kanker paru dan hampir 1,8 juta kematian akibat kanker paru secara global. Angka ini menunjukkan betapa seriusnya masalah ini.
Di Indonesia, kanker paru menjadi penyebab utama kematian akibat kanker, menyumbang 14,1% dari total kematian kanker. Angka ini menunjukkan urgensi pencegahan dan deteksi dini.
Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya skrining dini, diharapkan angka kematian akibat kanker paru dapat ditekan. Peran edukasi dan akses terhadap skrining yang mudah menjadi kunci keberhasilannya.
Melalui kolaborasi antara pihak swasta seperti AstraZeneca dan organisasi seperti CISC, diharapkan upaya edukasi dan skrining kanker paru dapat menjangkau lebih banyak masyarakat Indonesia. Langkah ini penting untuk meningkatkan angka kesembuhan dan kualitas hidup penderita kanker paru.