Kanker paru-paru menjadi penyebab kematian tertinggi pada pria di Indonesia. Hal ini mendorong Perhimpunan Onkologi Toraks Indonesia (POTI) menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) untuk membahas penanganan yang lebih efektif.
Multidisiplin: Kunci Penanganan Kanker Paru
Ketua Umum POTI, dr. Andika Chandra Putra, Ph.D, Sp.P(K), menekankan pentingnya pendekatan multidisiplin dalam penanganan kanker paru. Kolaborasi dokter, ahli gizi, fisioterapis, psikolog, dan apoteker sangat krusial.
Pendekatan komprehensif ini melibatkan pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat. Kolaborasi yang kuat menjadi kunci keberhasilan dalam memerangi kanker paru di Indonesia.
Deteksi Dini: Harapan Hidup yang Lebih Besar
Rakernas POTI yang berlangsung pada 17-18 Mei 2025 mengangkat tema ‘Menuju Penanganan Kanker Paru yang Lebih Baik di Indonesia’. Salah satu fokus utamanya adalah edukasi masyarakat tentang deteksi dini.
Data menunjukkan 90 persen kasus kanker paru di Indonesia terdiagnosis pada stadium 4, di mana sel kanker telah menyebar luas. Deteksi dini sangat penting untuk meningkatkan harapan hidup pasien.
POTI berkomitmen meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang kanker paru. Tujuannya agar kasus kanker paru dapat dideteksi lebih awal, sehingga pengobatan lebih efektif.
Prognosis dan Pengobatan Kanker Paru
Pengobatan kanker paru yang terdeteksi dini lebih efektif, termasuk terapi target dan imunoterapi. Rakernas juga membahas pentingnya prognosis dalam penanganan kanker paru.
Prognosis, atau prediksi perjalanan penyakit, membantu menentukan peluang kesembuhan, kekambuhan, dan harapan hidup. Faktor-faktor yang memengaruhi prognosis meliputi stadium kanker, tipe dan lokasi kanker, hingga genetika pasien.
Komponen prognosis meliputi stadium kanker, tipe dan lokasi kanker, karakter sel kanker (histopatologi), usia dan kondisi pasien, respons pengobatan, dan genetika kanker.
Data Kementerian Kesehatan RI menunjukkan lebih dari 30.000 kasus baru kanker paru terdiagnosis setiap tahun. Angka ini sangat mengkhawatirkan dan membutuhkan perhatian serius.
International Agency for Research on Cancer (IARC) pada 2024 melaporkan kanker paru sebagai kanker paling banyak ditemukan, yaitu 12,4 persen dari 20 juta kasus baru kanker.
Tingginya angka kematian akibat kanker paru pada pria di Indonesia erat kaitannya dengan merokok, terutama di wilayah Asia. Icon Cancer Centre mengklasifikasikan stadium kanker paru menjadi dini (stadium 1 dan 2), lanjut lokal (stadium 3), dan metastasis (stadium 4).
Pada stadium 1, tumor berukuran kurang dari 4 cm dan belum menyebar ke luar paru-paru. Pendekatan holistik dan kerja sama berbagai pihak sangat diperlukan untuk menurunkan angka kematian akibat kanker paru.
Dengan kerja sama dan komitmen semua pihak, diharapkan kualitas penanganan kanker paru di Indonesia dapat meningkat. Upaya pencegahan dan deteksi dini merupakan kunci untuk mengurangi angka kematian yang tinggi akibat kanker paru ini.