Masa remaja ditandai perubahan hormonal signifikan yang berdampak pada perilaku dan emosi. Hal ini dapat menyebabkan remaja bersikap impulsif, emosional, bahkan agresif.
Perubahan perilaku ini seringkali memicu kekhawatiran akan gangguan mental. Banyak remaja yang salah mengira perubahan sikapnya sebagai gejala skizofrenia atau bipolar.
Kesamaan gejala membuat sulit membedakan antara perubahan hormonal normal dan gangguan mental sebenarnya. Konsultasi dengan ahli sangat penting untuk memastikan diagnosis yang tepat.
Perbedaan Perubahan Hormonal dan Gangguan Mental pada Remaja
Prof. Dr. dr. Tjhin Wiguna, SpKJ, SubSp A.R. (K), MIMH, Guru Besar Psikiatri Subspesialis Anak dan Remaja FKUI-RSCM, menjelaskan bahwa perubahan hormonal memang memengaruhi perilaku remaja.
Pada laki-laki, peningkatan testosteron dapat menyebabkan perilaku impulsif dan agresif. Sementara pada perempuan, peningkatan estrogen bisa memicu iritabilitas.
Namun, perbedaan utama terletak pada keberadaan distress atau disability. Remaja dengan gangguan mental seperti skizofrenia atau bipolar umumnya mengalami kesulitan signifikan.
Mereka mungkin merasa terisolasi, kesulitan berinteraksi, dan komunikasi sehari-hari terganggu. Kondisi ini berbeda dengan perubahan perilaku akibat hormon yang masih normal.
Prof. Tjhin menekankan pentingnya melihat apakah ada kendala fungsi sosial atau akademik. Jika remaja masih bisa bersekolah, bersosialisasi, dan berprestasi dengan baik, kemungkinan besar itu hanya perubahan hormonal.
Sebaliknya, jika perubahan perilaku disertai distress dan disability yang mengganggu fungsi sehari-hari, perlu diwaspadai kemungkinan gangguan mental. Konsultasi dengan profesional kesehatan mental sangat direkomendasikan.
Gejala Skizofrenia dan Gangguan Bipolar
Skizofrenia ditandai dengan kesulitan membedakan antara ilusi dan kenyataan. Ini mengakibatkan kesulitan mengendalikan emosi dan perasaan dalam situasi tertentu.
Gangguan bipolar, di sisi lain, ditandai dengan perubahan mood ekstrem yang berfluktuasi antara episode mania dan depresi. Episode mania ditandai dengan hiperaktifitas dan euforia, sedangkan episode depresi meliputi kesedihan mendalam dan bahkan keinginan bunuh diri.
Penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang gangguan mental ini. Deteksi dini dan perawatan yang tepat sangat krusial untuk kualitas hidup penderita.
Pentingnya Kesadaran dan Dukungan
Wallesta CPI berkomitmen untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup pasien gangguan mental, termasuk skizofrenia dan gangguan bipolar.
Mereka berkolaborasi dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) untuk memberikan dukungan kepada individu yang mengidap gangguan tersebut.
Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang gangguan mental sangat penting. Deteksi dini dan akses terhadap perawatan yang tepat dapat membantu meningkatkan kualitas hidup para pengidapnya.
Kesimpulannya, memahami perbedaan antara perubahan hormonal normal pada remaja dan gangguan mental seperti skizofrenia atau gangguan bipolar sangat penting. Observasi perilaku, fungsi sosial, dan akademik, serta konsultasi dengan profesional kesehatan mental, menjadi kunci untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.