Nyamuk Anti-DBD Sudah Ada 9 Tahun: Mengapa Yogyakarta Masih Endemis?

Playmaker

Nyamuk Anti-DBD Sudah Ada 9 Tahun: Mengapa Yogyakarta Masih Endemis?
Sumber: Suara.com

Meskipun Yogyakarta telah menerapkan teknologi nyamuk Wolbachia sejak 2016, kota ini masih tergolong endemis demam berdarah dengue (DBD).

Upaya Pencegahan DBD di Yogyakarta: Masih Butuh Perubahan Perilaku

Oleh karena itu, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tetap mengandalkan strategi 3M Plus untuk mencegah DBD.

3M Plus meliputi menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat penampungan air, ditambah upaya tambahan seperti vaksinasi dan penggunaan obat nyamuk.

Kepala Dinas Kesehatan DIY, drg. Pembajun Setyaningastutie, M.Kes, menekankan pentingnya perubahan perilaku untuk mengatasi masalah DBD.

Menurutnya, perilaku hidup bersih dan sehat merupakan kunci utama dalam penanggulangan DBD.

Strategi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan Peran Jumantik

Pencegahan DBD diawali dengan menghindari gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Hindari kebiasaan yang dapat memicu terbentuknya sarang nyamuk.

Jika sarang nyamuk sudah ada, perlu dilakukan PSN dengan pendekatan 3M Plus.

Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) juga digalakkan kembali.

Jumantik atau juru pemantau jentik bertugas memantau dan memberantas jentik nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Edukasi dan Kolaborasi dalam Penanggulangan DBD

Pemerintah DIY berkolaborasi dengan Soffell dalam program “Bebas Nyamuk, Keluarga Sehat, dan Bebas DBD”.

Program ini menargetkan 50.000 warga Yogyakarta, Sleman, dan Gunungkidul.

Sebanyak 270 kader Jumantik dilibatkan untuk edukasi dan membagikan losion antinyamuk.

Head of HR & PR Enesis Group, RM Ardiantara, menekankan pentingnya pencegahan DBD selain pengobatan.

Edukasi kesehatan dianggap sebagai investasi untuk membentuk generasi yang lebih siap menghadapi ancaman DBD.

Data Profil Kesehatan Kota Yogyakarta 2022 mencatat 93 kasus DBD pada 2021, dengan satu kematian.

Kecamatan Umbulharjo, Gondokusuman, dan Wirobrajan di Kota Yogyakarta tercatat sebagai daerah dengan kasus DBD tinggi.

Meskipun teknologi Wolbachia telah diterapkan sejak 2016, kasus DBD di Yogyakarta masih ada, meskipun jumlahnya menurun signifikan dari 1.700 kasus pada 2016 menjadi 67 kasus pada 2023.

Kesimpulannya, meskipun teknologi Wolbachia telah membantu menurunkan angka kasus DBD di Yogyakarta, perubahan perilaku masyarakat dan upaya pencegahan secara komprehensif melalui 3M Plus dan G1R1J tetap krusial untuk mewujudkan Yogyakarta yang bebas dari endemi DBD. Kolaborasi antara pemerintah dan pihak swasta seperti yang dilakukan dalam program “Bebas Nyamuk, Keluarga Sehat, dan Bebas DBD” merupakan langkah yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut.

Popular Post

Parenting

Gymnastic untuk Anak: 7 Manfaat Luar Biasa Tumbuh Kembang

Anak Anda sangat aktif dan sulit diam? Gymnastic bisa menjadi solusi! Olahraga ini memungkinkan anak-anak menyalurkan energi mereka melalui lompatan, ...

Wanita

Rahasia Turun Berat Badan: Coba Manfaat Kopi Americano

Minuman kopi Americano, yang terkenal dengan rasanya yang sederhana, kini juga dikaitkan dengan manfaat penurunan berat badan. Banyak yang penasaran, ...

Wanita

Foto Hamil Sultan Madura Bak Pengantin: Pelaminan & Siger Mewah

Seorang make-up artist (MUA) di Madura, Jawa Timur, baru-baru ini menjadi perbincangan hangat di media sosial. Kisah uniknya merias seorang ...

Wanita

7 Toner Eksfoliasi Lokal: Kulit Cerah & Halus Sempurna

Kulit kusam dan bertekstur kasar seringkali menjadi masalah bagi banyak orang. Penyebabnya adalah penumpukan sel kulit mati yang menyumbat pori-pori. ...

Wanita

Makeup Pengantin Sahabat Curi Perhatian, Netizen Terpukau!

Sebuah kisah menarik beredar di media sosial mengenai seorang *makeup artist* (MUA) yang merias seorang *bridesmaid* dengan riasan glamor, nyaris ...

Wanita

6 Tren Skincare Gen Z: Tetap Viral 5 Tahun Mendatang

Generasi Z, yang tumbuh di era digital, memiliki pengaruh besar terhadap tren kecantikan global. Preferensi mereka terhadap produk *skincare* tidak ...