Yogyakarta, meskipun telah menerapkan teknologi Wolbachia sejak 2016 untuk menekan angka demam berdarah dengue (DBD), masih tergolong sebagai daerah endemis DBD.
Oleh karena itu, upaya pencegahan DBD melalui gerakan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mendaur ulang, dan Plus) tetap menjadi hal krusial.
Upaya Pemprov DIY Tekan Angka DBD
Kepala Dinas Kesehatan DIY, drg. Pembajun Setyaningastutie, M.Kes, menekankan pentingnya perubahan perilaku untuk mengatasi masalah DBD.
Perilaku hidup bersih dan sehat, menurutnya, merupakan kunci utama dalam menurunkan angka kasus DBD di Yogyakarta.
Pencegahan DBD juga berfokus pada menghindari gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan pendekatan 3M Plus, serta penguatan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) juga digalakkan.
Jumantik, atau juru pemantau jentik, berperan penting dalam memantau dan memberantas jentik nyamuk di lingkungan sekitar.
Pemerintah DIY, berkolaborasi dengan Soffell, meluncurkan program “Bebas Nyamuk, Keluarga Sehat, dan Bebas DBD”, menjangkau 50.000 warga.
Program ini melibatkan 270 kader Jumantik untuk edukasi dan distribusi losion antinyamuk di wilayah Kota Yogyakarta, Sleman, dan Gunungkidul.
Teknologi Wolbachia dan Penurunan Kasus DBD
Penerapan teknologi nyamuk Wolbachia di Yogyakarta sejak 2016 bertujuan untuk menghambat penyebaran virus dengue.
Nyamuk Aedes aegypti yang telah dimodifikasi dengan bakteri Wolbachia diharapkan tidak lagi menularkan virus dengue.
Hasilnya, kasus DBD di Yogyakarta mengalami penurunan signifikan, mencapai angka terendah 67 kasus pada 2023.
Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2016, di mana kasus DBD mencapai 1.700 kasus per tahun.
Meskipun demikian, beberapa wilayah di Yogyakarta masih memiliki angka kasus DBD yang tinggi.
Berdasarkan data Profil Kesehatan Kota Yogyakarta 2022, pada tahun 2021 terdapat 93 kasus DBD dengan satu kematian.
Kecamatan Umbulharjo, Gondokusuman, dan Wirobrajan di Kota Yogyakarta tercatat sebagai wilayah dengan angka kasus DBD yang tinggi.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Head of HR & PR Enesis Group, RM Ardiantara, menekankan pentingnya pencegahan DBD selain pengobatan.
Edukasi kesehatan, menurutnya, merupakan investasi penting dalam membentuk masyarakat yang lebih siap menghadapi ancaman DBD.
Meskipun teknologi Wolbachia dan berbagai upaya pencegahan telah dilakukan, perubahan perilaku masyarakat tetap menjadi kunci keberhasilan.
Keberhasilan program ini bergantung pada partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan 3M Plus.
Dengan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, diharapkan angka DBD di Yogyakarta dapat terus ditekan dan kualitas hidup masyarakat meningkat.