Kasus bunuh diri Risma Aulia, mahasiswi PPDS di Universitas Andalas (Unand) pada Maret 2024, kembali menjadi sorotan. Zara Yupita Azra, senior Risma, ditetapkan sebagai tersangka kasus perundungan yang diduga menjadi pemicu tindakan ekstrem tersebut.
Isu ini kembali mencuat seiring dengan komentar kontroversial dari Pipit Devitri, ibu Zara. Pipit menyebut putrinya sebagai korban “peradilan sesat” dan menuduh Risma meninggal karena overdosis.
Reaksi Publik terhadap Pernyataan Orang Tua Zara
Pernyataan Pipit Devitri menuai kecaman luas di media sosial. Banyak netizen menilai pernyataan tersebut tidak sensitif dan mengabaikan penderitaan keluarga Risma.
Akun @bambangsuling11 membagikan tangkapan layar komentar Pipit. Ia menganggap proses peradilan memaksa memunculkan tersangka demi tujuan tertentu.
Beberapa netizen lain menentang pandangan Pipit. Mereka menekankan bahwa perundungan yang dilakukan Zara telah menyebabkan trauma mendalam dan kematian Risma.
Akun @satursnous mengingatkan bahwa perilaku anak mencerminkan pendidikan orang tua. Meskipun pintar secara akademik, orang tua tetap bertanggung jawab atas pendidikan karakter anak.
Pengguna media sosial @daryldevimon menambahkan bahwa meskipun tidak langsung membunuh, Zara telah melukai psikis dan mental Risma melalui perundungan berkelanjutan.
Kronologi dan Perkembangan Kasus
Penyidikan polisi menemukan bukti bahwa Risma sering menerima perintah tak masuk akal dari seniornya, termasuk Zara. Hal ini mengindikasikan adanya tindakan perundungan sistematis.
Atas temuan tersebut, Zara ditetapkan sebagai tersangka. Namun, rencana wisuda Zara pada Agustus 2025 sempat menimbulkan kontroversi dan kemarahan publik.
Universitas Diponegoro (UNDIP) sempat akan meluluskan Zara lebih cepat. Namun, atas protes publik, kelulusannya dikabarkan ditangguhkan.
Kasus ini bermula dari ditemukannya Risma meninggal dunia di asrama rumah sakit pendidikan Unand. Diduga, ia meninggal karena bunuh diri akibat tekanan berat, termasuk perundungan.
Profil Orang Tua Zara Yupita Azra dan Informasi Tambahan
Hingga April 2025, informasi resmi tentang profil orang tua Zara masih terbatas. Identitas keluarga biasanya dijaga kerahasiaannya dalam kasus hukum yang melibatkan anak muda.
Fokus pemberitaan lebih tertuju pada perkembangan kasus hukum Zara, bukan pada latar belakang keluarganya. Hal ini untuk melindungi privasi keluarga yang bersangkutan.
Kasus ini menyoroti pentingnya pencegahan dan penanganan perundungan di lingkungan pendidikan. Perlu upaya bersama untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan kondusif bagi semua mahasiswa.
Semoga kasus ini menjadi pembelajaran bagi semua pihak, untuk lebih peduli dan peka terhadap dampak perundungan. Semoga keadilan dapat ditegakkan, dan tragedi serupa tidak terulang lagi.