Mantan Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), menjadi perhatian publik setelah beredar foto yang menunjukkan perubahan kondisi kulitnya. Perubahan ini disebut mulai terlihat setelah kunjungan beliau ke Vatikan. Ajudan Jokowi, Kompol Syarif Muhammad Fitriansyah, mengakui adanya perubahan visual pada wajah Jokowi. Namun, ia memastikan kondisi kesehatan mantan presiden secara umum baik dan tidak ada masalah serius.
Syarif menolak berkomentar mengenai rumor yang mengaitkan perubahan kulit Jokowi dengan penyakit autoimun Stevens-Johnson Syndrome (SJS). Ia menyatakan bahwa dokter yang lebih berwenang untuk menjelaskan hal tersebut. Pernyataan ini menimbulkan spekulasi di media sosial, mengingat SJS merupakan penyakit kulit dan selaput lendir yang langka dan serius.
Perubahan Kondisi Kulit Jokowi dan Spekulasi SJS
Perubahan kondisi kulit Jokowi yang tampak secara visual memicu beragam reaksi di media sosial. Banyak yang mengaitkannya dengan Stevens-Johnson Syndrome (SJS), sebuah penyakit autoimun yang menyebabkan ruam menyakitkan dan melepuh. SJS merupakan kondisi medis yang serius dan memerlukan penanganan segera di rumah sakit.
Penyakit ini sering kali dipicu oleh reaksi terhadap obat-obatan. Meskipun hampir semua obat berpotensi menyebabkan SJS, antibiotik, antikonvulsan, dan obat anti-inflamasi seringkali menjadi penyebab utamanya. Perawatan SJS berfokus pada pengidentifikasian dan penghilangan penyebab, perawatan luka, serta manajemen nyeri untuk meminimalkan komplikasi selama proses penyembuhan kulit.
Gejala dan Faktor Risiko Stevens-Johnson Syndrome
SJS biasanya diawali dengan gejala mirip flu, kemudian diikuti dengan munculnya ruam yang menyakitkan, menyebar, dan membentuk lepuhan. Penyakit ini lebih sering menyerang anak-anak dan dewasa muda, tetapi bisa terjadi pada usia berapa pun. Beberapa kelompok orang memiliki risiko lebih tinggi terkena SJS, diantaranya: mereka yang pernah mengalami reaksi obat tertentu; individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah; penderita AIDS atau HIV; mereka yang menjalani kemoterapi; dan mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan SJS.
Pada anak-anak, infeksi seperti flu biasa atau luka dingin juga dapat memicu SJS. Masalah mata merupakan komplikasi umum yang dapat menyertai SJS, termasuk konjungtivitis, ulserasi pada kelopak mata, peradangan di dalam mata (iritis), lepuhan kornea, hingga perforasi kornea yang dapat menyebabkan kebutaan permanen. Bekas luka pada konjungtiva dan kornea setelah tahap akut sering menyebabkan penurunan atau kehilangan penglihatan.
Penyebab dan Perawatan Stevens-Johnson Syndrome
Reaksi terhadap obat-obatan adalah penyebab paling umum dari SJS. Meskipun hampir semua obat dapat memicu reaksi ini, beberapa jenis obat lebih sering dikaitkan dengan SJS, seperti antibiotik, antikonvulsan, dan obat anti-inflamasi. Oleh karena itu, penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat-obatan, terutama jika memiliki riwayat alergi atau kondisi kesehatan tertentu.
Perawatan SJS umumnya dilakukan di rumah sakit dan bertujuan untuk menghilangkan penyebab utama, mengelola rasa sakit, merawat luka, dan mencegah komplikasi. Proses penyembuhan membutuhkan waktu dan perhatian khusus untuk meminimalkan potensi kerusakan permanen, terutama pada mata dan kulit. Penting bagi masyarakat untuk memahami gejala dan faktor risiko SJS agar dapat mendeteksi dan mendapatkan penanganan medis yang tepat jika terjadi. Meskipun spekulasi mengenai kondisi kesehatan Jokowi beredar luas, informasi yang akurat dan resmi dari pihak terkait sangat dibutuhkan untuk menghindari kesalahpahaman.