Tren makanan viral kerap menggoyahkan tekad para pelaku diet sehat. Rasa penasaran yang besar seringkali bertentangan dengan komitmen menjaga pola makan. Namun, perlukah sepenuhnya menghindari makanan viral?
Jawabannya, tidak selalu. Menurut Ketua Yayasan Makanan dan Minuman Indonesia (YAMMI), Khoirul Anwar SGz, MSi, menikmati makanan viral tetap memungkinkan, asalkan dilakukan dengan bijak dan terencana.
Menikmati Makanan Viral Tanpa Mengganggu Diet
Khoirul Anwar menekankan pentingnya mencoba hal baru. Hal ini membantu kita memahami dan mengurangi rasa penasaran terhadap suatu makanan, sehingga tidak ada lagi rasa bersalah.
Namun, konsumsi berlebihan tetap berisiko. Kemungkinan besar, kita akan kehilangan kendali dan sulit kembali ke pola makan sehat.
Oleh karena itu, penting merencanakan strategi agar tetap bisa menikmati makanan viral tanpa mengorbankan diet. Salah satu caranya adalah membatasi frekuensi konsumsi, misalnya satu atau dua kali seminggu.
Dengan mencicipi secara terkontrol, kita dapat menilai manfaat dan kekurangan suatu makanan viral bagi tubuh. Ini membantu kita membuat keputusan yang lebih cerdas.
Kesadaran dan pengendalian diri menjadi kunci utama. Dengan begitu, diet tetap terjaga tanpa tekanan, dan keinginan mencoba kuliner kekinian tetap terpenuhi.
Tidak Ada Makanan yang Benar-benar Salah
Jaqualine Wijaya, CEO dan Co-founder Eathink, memiliki pandangan serupa. Ia menegaskan bahwa tidak ada makanan yang sepenuhnya salah, kecuali jika dikonsumsi secara berlebihan.
Ia menyarankan untuk mengacu pada konsep SELARAS: Seimbang, Lokal, Alami, Ragam, dan Sadar. Konsep ini membantu kita menerapkan pola makan sehat dan berkelanjutan.
Konsep seimbang sangat penting. Jika siang hari mengonsumsi makanan tinggi gula, seperti croffle atau boba, sebaiknya hindari camilan manis di sore hari. Hal ini menjaga keseimbangan asupan gula harian.
Manfaatkan Bahan Pangan Lokal yang Bergizi
Selain mengatur porsi dan frekuensi, pemilihan bahan makanan juga krusial. Khoirul Anwar mendorong penggunaan bahan pangan lokal sebagai alternatif sehat.
Ia mencontohkan, banyak orang lebih memilih salmon dan whole grain, padahal Indonesia memiliki banyak pilihan ikan dan biji-bijian lokal yang tak kalah bergizi.
Kacang-kacangan juga menjadi contoh. Almond sering dipilih karena terkesan lebih bergengsi, namun kacang hijau lokal memiliki nilai gizi tinggi dengan harga yang lebih terjangkau.
Kurangnya paparan terhadap bahan pangan lokal membuat kita kurang menyadari potensi gizinya. Oleh karena itu, eksplorasi bahan pangan lokal perlu ditingkatkan.
Luruskan Pemahaman tentang Diet
Khoirul Anwar mengingatkan bahwa diet bukan hanya tentang menurunkan berat badan. Diet dalam konteks gizi berarti mengatur pola makan seimbang.
Banyak orang salah memahami arti diet. Diet yang benar adalah menerapkan gizi seimbang, seperti yang diusung konsep SELARAS.
Baik Khoirul maupun Jaqualine menekankan pentingnya mindful eating atau makan dengan kesadaran penuh. Fokus bukan hanya pada tren, tetapi juga kebutuhan tubuh dan proses menikmati makanan.
Menciptakan pola makan sehat dan ramah lingkungan tidak harus rumit atau mahal. Dengan pendekatan seimbang dan sadar, menikmati makanan viral bisa dilakukan tanpa rasa bersalah.
Intinya, frekuensi, porsi, dan kesadaran diri saat makan adalah kunci utama dalam menikmati makanan viral tanpa mengorbankan kesehatan dan program diet. Dengan perencanaan yang matang, diet sehat dan keinginan untuk mencicipi makanan kekinian bisa berjalan beriringan.