Menjelang menstruasi, tubuh wanita mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun emosional. Perubahan ini merupakan bagian dari sindrom pramenstruasi (PMS) dan dialami hampir semua wanita, meskipun intensitasnya berbeda-beda. Memahami perubahan-perubahan ini dapat membantu Anda lebih siap menghadapi siklus bulanan dan menjaga kesehatan Anda.
Siklus menstruasi yang teratur menunjukkan sistem hormonal yang berfungsi baik. Namun, hormon-hormon yang berperan dalam siklus ini dapat memicu berbagai gejala dan perubahan fisik. Mari kita bahas perubahan-perubahan tersebut secara rinci pada setiap fase siklus menstruasi.
Perubahan Fisik Selama Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi dibagi menjadi beberapa fase, masing-masing dengan karakteristik perubahan fisik yang berbeda. Perubahan ini dipengaruhi oleh fluktuasi hormon estrogen dan progesteron. Penting untuk memahami perubahan ini agar Anda dapat mengantisipasi dan mengelola ketidaknyamanan yang mungkin muncul.
Fase Menstruasi (Hari 1-5)
Pada fase ini, kadar estrogen dan progesteron berada pada titik terendah. Ini menyebabkan lapisan rahim luruh dan keluar bersama darah menstruasi.
Kram perut merupakan gejala umum pada fase ini. Kram disebabkan oleh hormon prostaglandin yang memicu kontraksi rahim.
Intensitas kram bervariasi, mulai dari ringan hingga parah. Beberapa wanita juga mengalami mual, muntah, diare, atau gejala mirip flu.
Penurunan hormon juga dapat memengaruhi suasana hati, menyebabkan mudah marah atau merasa tidak seperti biasanya.
Fase Setelah Menstruasi (Hari 6-13)
Menjelang akhir menstruasi, pendarahan mulai berkurang. Kadar estrogen mulai meningkat.
Peningkatan estrogen menstimulasi produksi serotonin dan dopamin, hormon yang meningkatkan suasana hati dan energi.
Anda mungkin merasa lebih berenergi dan tenang. Estrogen juga membantu otot menyerap glukosa lebih efektif, meningkatkan efisiensi energi.
Fase Ovulasi (Hari 14-16)
Fase ovulasi ditandai dengan pelepasan sel telur dari ovarium. Estrogen mencapai puncaknya.
Gairah seksual cenderung meningkat selama ovulasi. Ini merupakan waktu yang paling subur untuk kemungkinan kehamilan.
Untuk pasangan yang merencanakan kehamilan, mengetahui waktu ovulasi sangat penting. Anda dapat mendeteksinya melalui beberapa cara, seperti pemantauan suhu basal tubuh dan perubahan lendir serviks.
Lendir serviks akan lebih kental, transparan, dan elastis, menyerupai putih telur. Disarankan untuk berhati-hati dalam berolahraga karena sendi lutut cenderung lebih longgar pada fase ini.
Fase Pramenstruasi (Hari 16-28)
Fase ini ditandai dengan penurunan kadar estrogen dan progesteron jika sel telur tidak dibuahi. Gejala premenstruasi mulai muncul.
Beberapa gejala umum meliputi kulit berminyak dan jerawat. Anda mungkin merasa lebih mudah lelah.
Payudara terasa kencang dan nyeri. Sakit kepala atau migrain juga sering terjadi.
Perubahan suasana hati, seperti mudah marah atau lekas tersinggung, juga umum. Nyeri punggung dan perut kembung juga sering dialami.
Nafsu makan sering meningkat, bahkan disertai ngidam makanan tertentu. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan berat badan jika tidak dikontrol. Wanita seringkali mengidam makanan tinggi lemak dan karbohidrat pada fase ini.
Gejala-gejala PMS semakin terasa mendekati hari menstruasi. Setelah sel telur tidak dibuahi, kadar hormon menurun, dan siklus menstruasi dimulai kembali.
Jika Anda memiliki keluhan yang mengganggu selama siklus menstruasi, segera konsultasikan dengan dokter. Perawatan medis dapat membantu mengatasi ketidaknyamanan dan menjaga kesehatan reproduksi Anda.