Menurunkan berat badan secara drastis dalam waktu singkat memang menjadi dambaan banyak orang. Diet prolonged fasting menjanjikan penurunan berat badan hingga 5-10 persen dalam seminggu, atau sekitar 4-8 kg bagi yang memiliki berat badan 80 kg. Namun, metode ini perlu dikaji lebih dalam karena berpotensi menimbulkan risiko kesehatan.
Sebelum Anda mencoba diet prolonged fasting, penting untuk memahami betul ciri-cirinya, bagaimana cara menjalankannya dengan aman, dan apa saja manfaat serta risiko yang menyertainya. Konsultasi dengan ahli gizi atau dokter sangat disarankan sebelum memulai diet ini.
Apa Itu Diet Prolonged Fasting?
Prolonged fasting, secara sederhana, adalah metode puasa yang dilakukan minimal selama empat hari berturut-turut atau sekitar 100 jam tanpa asupan kalori sama sekali. Ini berbeda dengan puasa intermiten yang hanya berlangsung beberapa jam dalam sehari.
Selama periode prolonged fasting, Anda tidak boleh mengonsumsi makanan maupun minuman yang mengandung kalori. Menurut dr. Mulianah Daya, M.Gizi, Sp.GK, AIFO-K, Spesialis Gizi Klinik dari Siloam Lippo Village, definisi internasional menetapkan minimal empat hari atau 100 jam puasa berturut-turut.
Metode ini memang efektif menurunkan berat badan dengan cepat. Namun, penurunan berat badan yang drastis ini tidak hanya berdampak pada lemak tubuh, tetapi juga berpotensi mengurangi massa otot. Hal ini perlu diwaspadai karena massa otot penting untuk metabolisme tubuh.
Ciri-Ciri Diet Prolonged Fasting
Berikut beberapa ciri khas diet prolonged fasting yang perlu diperhatikan:
1. Puasa Tanpa Kalori Minimal 4 Hari
Berbeda dengan puasa intermiten, prolonged fasting mengharuskan puasa total tanpa kalori selama minimal empat hari berturut-turut.
2. Penurunan Berat Badan Drastis
Studi menunjukkan potensi penurunan berat badan hingga 5-10 persen dalam satu minggu. Artinya, seseorang dengan berat badan 80 kg berpotensi menurunkan berat badan hingga 4-8 kg dalam waktu tersebut.
3. Rasa Lapar yang Sangat Intens
Karena tidak ada asupan kalori, rasa lapar yang sangat intens akan menjadi tantangan utama dalam menjalani diet ini.
4. Risiko Dehidrasi dan Ketidakseimbangan Elektrolit
Kurangnya asupan cairan dan elektrolit seperti natrium, kalium, dan klorida dapat menyebabkan dehidrasi, pusing, lemas, hingga gangguan kesadaran.
5. Perubahan Komposisi Tubuh
Selain penurunan lemak, massa otot juga berpotensi berkurang signifikan. Hal ini dapat berdampak negatif pada metabolisme dan daya tahan tubuh.
Cara Menjalani Diet Prolonged Fasting dengan Aman
Karena potensi risikonya, sangat penting untuk menjalani diet prolonged fasting dengan pengawasan medis yang ketat. Berikut beberapa langkah penting yang harus dipertimbangkan:
1. Konsultasi dengan Ahli Medis
Dr. Mulianah menekankan pentingnya konsultasi dengan spesialis gizi klinik atau dokter sebelum memulai diet ini. Pengawasan medis sangat penting untuk mencegah kerusakan kesehatan akibat penurunan berat badan yang terlalu cepat.
2. Pantau Komposisi Tubuh Secara Berkala
Penting untuk memantau komposisi tubuh secara berkala, meliputi massa otot dan lemak, untuk memastikan kesehatan tetap terjaga. Pemeriksaan biasanya dilakukan setiap dua minggu atau satu bulan.
3. Perhatikan Tanda-Tanda Dehidrasi dan Ketidakseimbangan Elektrolit
Pastikan Anda minum cukup air dan, jika disarankan dokter, konsumsi elektrolit untuk mencegah dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
4. Persiapan Mental dan Fisik
Siapkan mental dan fisik untuk menghadapi rasa lapar yang intens. Pahami bahwa rasa lapar adalah bagian dari proses diet ini.
5. Hindari Jangka Panjang Tanpa Istirahat
Diet prolonged fasting bukan untuk jangka panjang. Gunakan sebagai metode jangka pendek dan selingi dengan pola makan sehat berkelanjutan.
Selain penurunan berat badan, prolonged fasting juga memicu ketosis, yaitu produksi benda keton sebagai sumber energi alternatif. Proses ini juga memicu autophagy, yaitu proses pembersihan sel dari komponen yang rusak, yang dapat mengurangi inflamasi. Meskipun menawarkan hasil cepat, diet prolonged fasting tetap memiliki risiko dan harus dilakukan dengan pengawasan medis. Ingatlah selalu untuk memilih metode diet yang aman, nyaman, dan berkelanjutan untuk kesehatan jangka panjang.