Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Taruna Ikrar, baru-baru ini mengungkapkan fakta menarik tentang kanker. Ia menyebut penyakit mematikan ini telah ada sejak 4.000 tahun lalu.
Kanker di Masa Kuno: Bukti dari Firaun Mesir
Pernyataan tersebut disampaikan Taruna dalam acara peresmian perluasan fasilitas onkologi di Jakarta Timur. Ia merujuk pada temuan ilmiah yang menunjukkan seorang Firaun Mesir Kuno menderita kanker tulang.
Informasi ini telah dipublikasikan oleh berbagai media internasional. Salah satunya adalah pemberitaan *Daily News Egypt* tahun 2018 yang melaporkan bahwa Firaun wanita Hatshepsut meninggal karena kanker di usia 50 tahun.
Direktur Museum Purbakala Bibliotheca Alexandria, Hussein Abdel Basser, menambahkan bahwa Firaun tersebut juga mengidap diabetes.
Temuan lain pada Mei 2024 memperkuat bukti ini. Sebuah tengkorak Mesir Kuno di Universitas Cambridge menunjukkan tanda-tanda pengobatan kanker tulang kuno.
Meningkatnya Angka Kematian Akibat Kanker dan Upaya Penanganannya
Menurut Taruna, temuan-temuan ini menunjukkan peningkatan kasus kanker seiring waktu. Faktor genetik, perubahan gaya hidup, dan kemajuan teknologi skrining kanker berkontribusi terhadap hal ini.
Angka kematian akibat kanker tergolong tinggi, melebihi 60 persen. Hal ini mendorong investasi besar-besaran dalam pengobatan kanker, seperti yang dilakukan Amerika Serikat.
Amerika Serikat telah menggelontorkan dana hingga Rp 15 ribu triliun untuk riset kanker selama 50 tahun. Investasi ini menunjukkan urgensi penanganan penyakit ini secara global.
Perluasan Fasilitas Onkologi: Harapan bagi Pasien Kanker di Indonesia
Sebagai bentuk respon terhadap peningkatan kasus kanker, diresmikan perluasan fasilitas onkologi injeksi dan solid di Indonesia.
Fasilitas ini telah mendapatkan sertifikasi CPOB dan NIE untuk lima obat Kalbe Group dari BPOM. Hal ini menandai komitmen pemerintah untuk mendukung inovasi dalam pengobatan kanker.
Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Irawati Setiady, menjelaskan bahwa perluasan ini bertujuan untuk mengembangkan dan memproduksi obat kanker dengan teknologi mutakhir.
Fasilitas ini akan memproduksi berbagai sediaan obat kanker, dengan kapasitas mencapai 5 juta vial sediaan steril dan 50 juta unit tablet atau kapsul. Targetnya adalah menyediakan terapi kanker yang terjangkau dan berkualitas tinggi bagi pasien di Indonesia.
Dengan adanya investasi besar dan pengembangan fasilitas produksi obat kanker, harapannya peningkatan akses pengobatan kanker di Indonesia dapat menekan angka kematian yang tinggi. Kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta menjadi kunci keberhasilan dalam mengatasi tantangan kesehatan ini.
