Psikolog Atika Dian Ariana menjelaskan bahwa kecanduan media sosial merupakan bagian dari *problematic internet use*, atau masalah penggunaan internet yang berlebihan. Indikatornya meliputi durasi, intensitas, dan frekuensi penggunaan media sosial yang jauh di atas rata-rata.
Penggunaan media sosial selama lebih dari lima jam sehari dapat dikategorikan sebagai penggunaan yang problematis. Khususnya jika pengguna kehilangan kendali dan merasa terobsesi untuk terus mengakses platform tersebut. Hal ini disampaikan Atika dalam keterangan resmi di laman Unair pada Hari Media Sosial, 10 Juni 2025.
Gejala Kecanduan Media Sosial
Salah satu gejala utama kecanduan media sosial adalah mengabaikan aktivitas di dunia nyata. Individu cenderung lebih memilih untuk menghabiskan waktu di dunia maya daripada berinteraksi secara langsung.
Selain itu, kecanduan juga ditandai dengan obsesi untuk terus-menerus mengecek media sosial. Pengguna merasa gelisah dan tidak tenang jika tidak dapat mengakses platform tersebut.
Lebih lanjut, gejala lain yang perlu diwaspadai adalah kesulitan mengatur waktu penggunaan media sosial. Meskipun sudah berniat untuk mengurangi penggunaan, pengguna tetap kesulitan untuk berhenti.
Dampak Kecanduan Media Sosial terhadap Kesehatan Mental dan Fisik
Kecanduan media sosial berdampak buruk pada kesehatan mental. Dampaknya bisa berupa kecemasan, depresi, hingga gangguan obsesif kompulsif (OCD).
Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat memicu perasaan cemas dan depresi. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan mengontrol perilaku berulang untuk mengakses media sosial.
Selain kesehatan mental, kecanduan media sosial juga berdampak negatif pada kesehatan fisik. Terlalu lama menatap layar dapat menyebabkan kelelahan mata dan gangguan tidur.
Posisi duduk yang tidak ergonomis saat menggunakan media sosial juga dapat memicu masalah kesehatan fisik lainnya. Kurangnya aktivitas fisik akibat terlalu banyak berselancar di media sosial juga akan memperburuk kondisi.
Cara Mengatasi Kecanduan Media Sosial
Atika menyarankan terapi psikologis sebagai solusi untuk mengatasi kecanduan media sosial. Terapi ini efektif untuk mengatasi berbagai jenis kecanduan, baik yang terkait dengan zat maupun yang tidak.
Terapi perilaku kognitif (CBT) sering digunakan untuk membantu individu mengubah pola pikir dan perilaku yang terkait dengan kecanduan media sosial. CBT bertujuan untuk mengidentifikasi pemicu penggunaan media sosial yang berlebihan.
Psikoedukasi menjadi bagian penting dari terapi. Proses ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kecanduan media sosial dan dampaknya.
Selain terapi, mencari alternatif lain untuk mengatasi stres dan masalah juga sangat penting. Aktivitas seperti olahraga, hobi, atau menghabiskan waktu bersama orang-orang terkasih dapat mengurangi ketergantungan pada media sosial.
Terapi juga berfokus pada pengembangan strategi *coping* yang lebih sehat. Strategi ini akan membantu individu menghadapi stres dan masalah tanpa perlu bergantung pada media sosial.
Menggunakan media sosial sebagai mekanisme *coping* yang terus-menerus hanya akan memperburuk kesehatan mental. Oleh karena itu, penting untuk mencari solusi yang lebih konstruktif.
Kesimpulannya, kecanduan media sosial adalah masalah serius yang berdampak signifikan pada kesehatan mental dan fisik. Dengan mengenali gejalanya dan mencari bantuan profesional, individu dapat memulai proses pemulihan dan membangun hubungan yang lebih sehat dengan teknologi. Penting untuk diingat bahwa teknologi seharusnya menjadi alat untuk memperkaya hidup, bukan mengendalikannya.