Tren kecantikan selalu berevolusi, namun seringkali kembali ke akarnya. Praktik-praktik yang dianggap modern ternyata telah ada sejak berabad-abad lalu, bahkan di zaman kerajaan. Artikel ini akan mengungkap empat tren kecantikan kerajaan yang kini kembali populer. Mari kita telusuri sejarah dan evolusi perawatan-perawatan ini.
Kuku Super Panjang: Simbol Status Sosial yang Kembali Trending
Di Tiongkok kuno, khususnya pada masa Dinasti Qing (1644-1912), kuku panjang bukan sekadar aksesori. Ia menjadi simbol status sosial bagi kalangan kerajaan dan bangsawan.
Kuku yang dibiarkan tumbuh hingga mencapai 15 cm menunjukkan bahwa pemiliknya tidak perlu bekerja keras secara fisik. Permaisuri Cixi, salah satu tokoh penting Dinasti Qing, terkenal dengan kukunya yang panjang terawat.
Rutinitas perawatan kuku Permaisuri Cixi sangat rumit. Ia menggunakan lapisan emas di siang hari dan lapisan satin kuning di malam hari.
Sebuah tim dayang khusus bertanggung jawab atas perawatan tersebut, mulai dari membersihkan tangan dengan ramuan herbal hingga aplikasi lapisan kuku. Konon, potongan kukunya pun disimpan dalam kotak giok.
Kini, tren kuku panjang kembali, namun lebih aksesibel. Kuku panjang tak harus alami; kuku palsu atau sambungan akrilik dan biogel menjadi alternatif. Hal ini membuka peluang kreativitas yang lebih luas lewat beragam nail art.
Penghilangan Rambut Wajah: Dari Mesir Kuno hingga Tren Waxing Modern
Praktik penghilangan rambut wajah pada wanita telah berlangsung ribuan tahun. Di Mesir Kuno, wanita menggunakan lilin berbahan dasar gula untuk menghilangkan bulu halus di wajah.
Pada era Renaisans, banyak wanita bangsawan yang mencabuti rambut di dahi bahkan menghilangkan alis mereka. Metode penghilangan rambut wajah terus berkembang hingga saat ini.
Waxing menjadi salah satu metode modern yang populer. Metode ini menggunakan cairan lilin panas atau campuran gula untuk mencabut rambut dari akarnya.
Threading, teknik penghilangan rambut menggunakan benang katun tipis yang berasal dari Timur Tengah dan Asia Selatan, juga semakin diminati. Metode ini efektif untuk merapikan alis dan menghilangkan bulu-bulu halus di wajah.
Lendir Siput: Rahasia Kecantikan Kulit Sejak Zaman Yunani Kuno
Lendir siput telah dikenal sejak zaman Yunani Kuno dan Tiongkok sebagai obat dan perawatan kulit. Pliny the Elder, seorang filsuf dan pengamat alam ternama, mencatat khasiatnya dalam menyembuhkan luka bakar.
Pada abad pertengahan di Eropa, apoteker menggunakan lendir siput yang direbus untuk membuat pelembap. Popularitasnya meningkat di era 1980-an setelah petani siput anggur menyadari kulit mereka lebih jarang terluka dan lebih cepat pulih.
Saat ini, lendir siput banyak digunakan dalam produk kecantikan Korea. Kandungan asam hialuronat, asam glikolat, peptida, dan antioksidan di dalamnya diyakini dapat meregenerasi kulit, mengurangi peradangan, dan memiliki efek anti-penuaan.
Ekstensi Bulu Mata: Dari Mesir Kuno hingga Tren Modern yang Aman
Penggunaan bulu mata palsu atau ekstensi telah dipraktekkan sejak zaman Mesir kuno. Pada akhir abad ke-19, ekstensi bulu mata bahkan dijahit langsung ke kelopak mata.
Industri bulu mata palsu berkembang pesat pada pergantian abad ke-19 dan ke-20, dibuat oleh pengrajin wig dari sutra dan rambut manusia. Awalnya, bulu mata palsu tampak besar dan tidak alami, hanya cocok untuk penampilan di panggung.
Teknik ekstensi bulu mata modern lebih aman dan beragam. Bulu mata direkatkan pada bulu mata asli, dengan berbagai pilihan warna, panjang, dan bentuk lengkungan. Bahannya pun telah berkembang, kini menggunakan bahan sintetis atau bulu cerpelai.
Tren kecantikan masa lalu memang seringkali kembali dan berevolusi. Melihat sejarah di balik perawatan kecantikan modern ini mengingatkan kita betapa inovasi seringkali berakar pada praktik-praktik kuno yang terbukti efektif. Pemahaman akan akar sejarah ini dapat memperkaya pengalaman dan apresiasi kita terhadap dunia kecantikan yang terus berkembang.
