Serangan jantung merupakan kondisi medis yang mengancam jiwa dan dapat terjadi kapan saja, termasuk saat tidur. Banyak yang percaya bahwa malam hari, terutama menjelang fajar, merupakan waktu paling berisiko. Anggapan ini didukung oleh beberapa faktor medis.
Tidur nyenyak terkadang mengaburkan gejala awal serangan jantung. Nyeri dada, misalnya, mungkin diabaikan saat tidur lelap, mengakibatkan keterlambatan penanganan medis yang berujung fatal.
Mengapa Serangan Jantung Lebih Sering Terjadi Saat Tidur?
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dr. Dian Zamroni, SpJP(K), menjelaskan beberapa faktor penyebab meningkatnya risiko serangan jantung saat tidur.
Salah satu faktornya adalah Obstructive Sleep Apnea (OSA), atau henti napas saat tidur. Kondisi ini ditandai dengan ngorok keras dan menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke jantung.
Kurangnya oksigen berisiko merusak sel-sel jantung, terutama sel listrik yang mengatur denyut jantung. Kerusakan sel listrik dapat menyebabkan irama jantung menjadi tidak teratur, bahkan berhenti mendadak.
Gangguan Jantung Saat Tidur dan Mitos di Berbagai Budaya
Fenomena gangguan jantung saat tidur juga dikaitkan dengan berbagai mitos dan legenda di berbagai budaya.
Di Thailand, misalnya, kondisi ini dikaitkan dengan legenda “Lai Tai,” sejenis roh pencabut nyawa yang dipercaya aktif di pagi hari.
Secara medis, legenda Lai Tai dikaitkan dengan Brugada Syndrome, sebuah kelainan listrik jantung yang sering dialami pria muda, khususnya dari etnis Tionghoa di Thailand dan Vietnam. Kelainan ini dapat menyebabkan jantung berhenti mendadak saat tidur, terutama di pagi hari.
Mengenal Serangan Jantung dan Perbedaannya dengan Henti Jantung
Serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke jantung terhambat akibat penyumbatan pembuluh darah arteri.
Jika penyumbatan tidak segera diatasi, sel-sel jantung akan kekurangan oksigen dan mengalami kerusakan atau kematian.
Serangan jantung berbeda dengan henti jantung (cardiac arrest). Henti jantung terjadi karena gangguan kelistrikan jantung, sehingga jantung gagal memompa darah. Meskipun berbeda, keduanya dapat saling berkaitan; sebagian besar kasus henti jantung disebabkan oleh serangan jantung.
Gejala serangan jantung bisa beragam dan terkadang tidak spesifik. Penting untuk mengenali gejala awal agar dapat segera mendapatkan pertolongan medis.
Ciri-Ciri Awal Serangan Jantung yang Perlu Diwaspadai
Berikut beberapa ciri-ciri awal serangan jantung yang umum terjadi:
1. Nyeri Dada
Rasa tidak nyaman di dada merupakan gejala paling umum. Sensasinya bisa berupa tekanan, remasan, atau nyeri hebat yang berlangsung beberapa menit atau hilang timbul.
2. Nyeri di Area Lain
Nyeri dada bisa menjalar ke lengan (satu atau kedua sisi), punggung, leher, rahang, atau perut.
3. Sesak Napas
Sesak napas dapat terjadi tanpa disertai nyeri dada.
4. Gejala Lain
Gejala lain yang mungkin muncul antara lain keringat dingin, mual, denyut jantung cepat atau tidak beraturan, kelelahan yang tidak biasa, serta pusing atau perasaan melayang.
5. Gejala Khas pada Wanita
Pada wanita, gejala serangan jantung mungkin berbeda dengan pria. Selain nyeri dada, wanita mungkin mengalami kecemasan, sesak napas, mual dan muntah, nyeri perut, nyeri pundak, punggung, atau lengan, serta kelelahan yang luar biasa.
Meskipun gejalanya tidak selalu jelas, segera cari pertolongan medis jika Anda mengalami gejala yang mencurigakan. Penanganan cepat sangat penting untuk meningkatkan peluang bertahan hidup.
Meskipun pemeriksaan medis diperlukan untuk memastikan diagnosis, mengenali gejala awal serangan jantung dapat menyelamatkan nyawa. Kesadaran dan kewaspadaan terhadap risiko serangan jantung, terutama saat tidur, sangat penting untuk menjaga kesehatan jantung.